Rangsangan Asma: Bahaya Laten di balik Zikir | Pengajian Ibu-Ibu ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Rangsangan Asma: Bahaya Laten di balik Zikir | Pengajian Ibu-Ibu

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.

Jangan sok-sok berkata "Allah" kalau tidak ada pada kamu. Kalau ada, mana buktinya? Buktinya: Rasa itu Rahasia. Bicaralah dengan cara yang sempurna, bukan dengan ilmu saja. Ilmu baru sampai akal saja, belum sampai ke dalam. Kalau sebatas ilmu, dikira akal Zat itulah Tuhan.

Orang yang sudah sampai "ke dalam" [ke rasa] akan berpandangan Zat itu Rahasia Tuhan, bukan Tuhan. Rasa merasakan Tuhan itu Zatnya Zat [Rabbul izzati]. Rahasia itu 'kan rasa. Orang bi dzuk merasakan rasanya rasa. Di dalam rasa, ada rasa.

Kalau sudah sampai ke rasanya rasa, hati sudah makrifat kepada Allah. Dalam hati tidak ada acara-acara lagi selain Allah. Betul-betul merasakan di dalam hati itu ada Nur Ilahi. Itulah ilmu, tahu dia [sang hati] akan yang di dalam rasa itu. Hati tidak ada lagi perbuatan apa-apa: itulah ahadiyat. Apabila tenggelam pada Tuhan: Ahadiyat. Bahagialah dunia-akhirat.


Orang yang sudah makrifat, kembali bodoh. Yang makrifat pada Allah itu: yang di dalam hati. Yang ada Nur-Nya. Jadi, orang yang sudah kenal, sudah ada Nur di dalam dirinya. Diam saja di rumah, orang mencari dia.


Apa Nur ilahi itu? Itulah adanya Allah. Kalau menyebut "Allah", tetapi Allah tidak ada di dalam hatinya, Kata Allah, "Pembohong kamu!"



Coba lihat orang yang menyebut Asma-Asma Allah terus [ahli zikir]. Katanya mau sampai ke Tuhan. Menyebut terus, tapi lupa dengan kewajiban. Nama saja terus disebut, itu menimbulkan panas. Karena panas, lupa dia ke Tuhan. Malah ketika berzikir jadi melihat ini-itu: jatuh ke makhluk. Panas yang ada itu rangsangan Asma. Rangsangan Asma itu menimbulkan panas. Karena tidak ada riyadhah batin dan tidak paham tentang riyadhah, lihatlah ada orang berzikir bersama malah jadi seperti berlomba-lomba: timpa-menimpa. Sudah tahu menyebut nama Rasulullah Saw. saja dilarang seperti memanggil teman sendiri, apalagi menyebut Asma Allah.


لَّا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُم بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
[٢٤:٦٣]

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.[Q.S. Nur:63]

Masih ada juga yang berzikir dengan suara dihentak-hentak [matak ngagareuwahkeun jurig ta mah, Jang! xD -Mux]. Juga disuarakan dengan tempo tinggi, "laa ilaaha illallah" yang tersisa bagi pendengaran orang di luar hanya tinggal bunyi "i-i-i!" kejepit.

Ujung-ujungnya ada yang menjerit, meraung, muntah-muntah, pingsan, bahkan ada yang kesurupan. Itu bukan zikir namanya, itu mabuk. Zikir itu untuk sampai ke Tuhan, bukan untuk melihat "surga-neraka", bukan untuk melihat Ka'bah, bukan untuk lihat ini-itu, bukan untuk ini-itu. Kalau ada orang berzikir lalu kesurupan, itu bukan zikir yang sampai ke Tuhan, itu namanya zikir yang sampai ke setan.


Abah mengingatkan Ibu-ibu sekalian soal zikir. Dalam berzikir, ingat riyadhah batiniah/hati. Hendaklah melawan apa yang disukai nafsu. Hati-hati, jangan mengikuti rangsangan Asma-Asma Allah. Ingat perjuangan hati, hendaklah melawan apa yang disukai nafsu. Jangan mengikuti apa yang disukai nafsu dalam zikir. Berzikir dengan harapan melihat ini-itu atau untuk ini-itu, sesat yang nyata. Karena beramal tanpa ilmu. Ketika berzikir terpandang ini-itu: pastikan metode zikirnya menyimpang.

Pakailah rasa penyejuk dalam berzikir, panggilah Rasulullah [selawat]. Selawat itu semacam AC atau radiator mesin zikir. Kalau ada yang sedang zikir mulai tak benar gelagatnya, tepuk saja sambil bacakan selawat." Sebaiknya jangan tunggu sudah mabuk baru dipasangkan pendingin. Jadi, tahulah sekarang apa sebabnya orang berzikir-zikir malah banyak yang jadi ngaco.


Jadi, zikrullah itu artinya mengingat Allah. Mengingat atau memandang Allah bukan dengan mata, memandang Allah itu dengan rasa [bi dzuk]


Bagian zahir merasa dia berkata/berkalam. Bagian batinnya, dia tidak merasa zahir berkalam: hanya Zat yang bekalam [Ingat, Sifat 20 itu bicara tentang Zat melulu, tidak ada bicara tentang kita]. Kalau zahirnya masih tetap bertahan dan merasa dirinya yang berkata "Bismillah": syirik. Karena yang wajib berkalam itu Zat saja.

Pekerjaan batiniah menolak semua keinginan. Kalau kita mengikutkan keinginan: bertuhankan nafsu. Keinginan untuk ruku' dan sujud, itu berarti kita diperintah oleh nafsu, bukan oleh Allah. Yang dibenci oleh Allah di dunia ini adalah hawa nafsu. Yang namanya nafsu itu, mana mau menyerah pada Allah. Berniat pun tidak mau dia.

Kalau tetap mengikut keadaan lahiriah saja, sampai masuk kubur pun syirik terus. Mengapa tidak mau mengikut yang batiniah? Padahal yang batiniah itu yang tahu bahwa rasa-lah yang sampai ke Allah. Lahiriah hanya tahu bahwa dalam shalat itu jasad yang menghadap Allah, sedangkan batiniah tahu: rasa yang sampai kepada Allah. Rasa itu Rahasia. Rahasia itu Zat. Zat-lah yang sampai ke Zat-nya Zat [Tuhan|Rabbul izzati]


Orang menyebut "Allah". Ada rasa tidak? Kalau tidak ada rasa Allah, palsu ucapannya itu. Tauhidnya pun palsu. Makrifatnya pun palsu. Kamu berkata, "Allah". Suara saja yang kita dengar. Tubuh-Nya mana? Kalau mau tahu, buka Quran. Pahami makna Fushilat:54.

Dengan adanya Quran dan hadis, kita bisa paham pertanyaan seseorang itu mau menguji atau betul-betul tidak tahu. Kalau mau tahu, buka Quran. Kalau tidak mau tahu dan tidak mau buka Quran, tetap af'al [tubuh/perbuatan] kamu dalam kebimbangan. Untuk apa shalat kalau masih ada kebimbangan pada Allah. Bimbang itu 'kan nafsu. Nafsu itu keingingan-keinginan. Ada keinginan shalat: nafsu. Ada keinginan mengaji [tadarus]: nafsu. Yang namanya keinginan-keinginan itu nafsu. Setiap ingin adalah nafsu. Beribadahlah jangan dengan keinginan. Beribadahlah jangan dengan nafsu.

Jadi ibadah itu kewajiban. Jadi ibadah jangan ada untuk keinginan tenang maupun untuk keinginan senang. Buanglah. Hilangkan keinginan-keinginan itu. Sedangkan kewajiban itu, boleh dikerjakan berdiri, boleh duduk, boleh berbaring, boleh dengan kedip-kedip mata saja. Lebih baik karena Allah semualah. Jadi kewajiban itu musti karena Allah semuanya: lillahi ta`ala.


Wahai ulama, jangan di luar saja kuning macam emas, di dalamnya tembaga. Ini dikatakan tertipu. Tertipu oleh pandangan fatamorgana. Omong di luar menggebu-gebu, "Allah..Allah..Allah..," di dalam ada rasa tidak? Kalau tidak ada rasa, omongan palsu.

Tunjukkanlah pada umat cara mendapat rasa Allah itu. Bagaimana rasa Tuhan itu? Tuhan tidak ada rasa-rasa. Jangan cerita Quran-hadis saja dicerita-ceritakan lagi ke umat, cara menyambung rasa kepada Allah ini yang perlu disampaikan pada umat.





Bahaya Laten Zikir Rangsangan Asma
Rangsangan Asma: Bahaya Laten di balik Zikir | Pengajian Ibu-Ibu
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2013-05-30T21:08:00+07:00
Rangsangan Asma: Bahaya Laten di balik Zikir | Pengajian Ibu-Ibu
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags: , , , ,
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © 2025 Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism.com