Maharuang: Kiblat Maqami ~ Pusaka Madinah

burnzone

AD (728x60)

Maharuang: Kiblat Maqami

"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]

Performa dan tampilan terbaik laman ini pada peramban Microsoft Edge. Khusus pengguna perangkat mobile: Apabila ada artikel yang tampilannya terpotong, silakan baca dalam mode landscape. Apabila masih terpotong, artinya artikel tersebut hanya nyaman dibaca via laptop atau PC.
landscape mode.

Kosong yang kita pandang ini Sifat. Kalau yang di Maharuang, tidak ada Sifat, hanya Zat Mutlak semata-mata. Maharuang itu bentuk dan rupanya tidak dapat dilihat, tapi suaranya ada. Yang bersuara itu hanya Nur. Suara Nur itu qadim. Suara qadim itu tidak ada `ain-nya (bentuk) dan tidak ada bekasnya. Tidak pula meninggalkan tempatnya. Hanya para wali yang tahu cerita ini.


Expanding Universe


Dia bermuka satu, tidak bermuka dua (tidak ada depan-belakang-samping-atas-bawah) dan tidak menerima bagi. Tempatnya pun kita sudah tahu. Allah itu kebesaran-Nya yang meluas. Tidak punya garis-garis (batas). Berdiri sendiri.

Tuhan itu nyawa hakiki semata-mata (Nur Ilahi semata-mata). Inilah yang meluas dan besar dan tidak mengambil tempat. Cahaya iniah Cahaya Qadim yang terlebih azali. Dalilnya, "nuurun `alaa nuurin"; Yang disebut Cahaya di atas cahaya itu yang terlebih bercahaya daripada Nur. yang terlebih bercahaya daripada Nur, Dia-lah itu.

Yang begitu, begitulah adanya. Tidak bisa berubah lagi karena sudah ditetapkan begitu. Tidak bermasa. Begitulah selama-lamanya. Tidak ada permulaah dan tidak ada penghabisan-Nya. Ada di dalam diam, yakni diam sediam-diamnya. Bagaimana mau tahu Tuhan Yang Satu kalau tidak tahu Yang Kedua. Bagaimana mau tahu Yang Kedua, kalau tidak kenal Yang Satu.

Shalat ada di dalam yang diam dan ada yang di dalam diam. Yang ada di dalam diam: sibuk. Di padang pasir pun masjid juga [Maharuang = Kiblat Maqami. Masjid itu tempat beribadah dan menyembah Tuhan. Sebelum ada makhluk, dijadikan-Nya dulu Cahaya Diri-Nya [Nur Ilahi/Zat Mutlak sebagai Kosong Maharuang yang menjadi tempat bagi sekalian makhluk. Tentulah tempat beribadah pertama itu Tubuh-Nya. Inilah juga penjelasan tentang Yang Kesatu dan Yang Kedua. Maksud pembicaraan ini mengarah pada skema penciptaan (Mux)].

Kif yaa Muhammad, Ana Rabbaka yushalli.
Ini shalatnya tidak cepat. Di dalam diam itu rukun 13. Di tempat ini baru yakin saja karena di mana tempat pun: masjid.

Orang yang tidak pernah bertafakur, tulangnya lembut semua karena Tuhan itu tidak ada lemahnya. Shalat itu tafakur juga. Dinamakan tafakur itu hanya sebentar saja. Shalat itu sunnaturrasul. Kalau tafakur, berilmu tinggi. Orang yang tidak pernah bertafakur seumur hidup: jahil murakab. Jahil pada dirinya sendiri dan pada Tuhannya.

Tidak ada yang mengetahui Tuhan melainkan Tuhan atau Ruh Qudus.  Ruh Qudus tetap ada di Mekah (Baitullah). Nur, kalau dia meninggalkan tempatnya, bisa tidur kita. Tuhan hakiki, dari dada sampai Maharuang. Yang mengenal Ruh Qudus hanya Adam.

Tafakur majati itu: dirasakannya yang diam di sama-tengah hati. Tafakur hakiki tidak dirasakan, dirasakan semua. Ini dinamai Zahiru Rabbi wal bathinu abdi. Yang majati itu Rahasia Allah. Bersifat kosong sekosong-kosongnya. Yang utama dipakai, tafakur hakiki.

Ketika shalat, takbirlah panjangnya 3 alif (harakat) kemudian tafakur hakikilah. Berdiri shalat, diketahui yang ada di Maharuang. Ruh Qudus yang mengetahui yang ada di Maharuang itu. Hakiki itulah takbir.

Kosong Mahasuci itu Kosong belum ada titik. Zat dan Sifat itu Kosong yang sudah bertitik: Kosong ber-alif. Siapa tidak ada pandangan batinnya pada Sifat-Nya, sama dengan binatang. [Maksudnya tidak ada pengenalan pada Kosong (Mux)]




"… Mereka (manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), punya telinga tetapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang."

“Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).”
[Qs. Al-Isra:72 dan 179]

Maharuang: Kiblat Maqami
Adam Troy Effendy
By Pusaka Madinah
Published: 2013-03-21T11:05:00+07:00
Maharuang: Kiblat Maqami
5 411 reviews
Buku ISuS

Buku Ilmu Sedikit untuk Segala²nya

Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id

  • Untuk mengetahui seluk-beluk buku lebih komprehensif, lengkap dengan uraian per bab dan video garis besar kajian buku, silakan kunjungi landing page rekanan resmi kami di: www.bukutauhidhakiki.com
  • Untuk memesan buku dari rekanan resmi yang terdekat dengan kota Ikhwan/Akhwat, silakan kunjungi tautan ini: "Kami di Kota Anda".
"Sampaikan dariku walau satu ayat." [H.R. Bukhari]
Tags: , ,
admin Pusaka Madinah

Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.

 

Barangsiapa menghendaki kebaikan bagi dirinya, niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Insan:29)

Copyright © 2025 Pusaka Madinah| Peta Situs | Designed by Templateism.com