orang berilmu pun binasa, jika tidak mengamalkan ilmunya,
orang yang mengamalkan ilmu pun binasa, jika tidak disertai ikhlas,
orang ikhlas pun binasa, jika masih merasa ke-aku-an diri
: masih ada maksiat batin.
Setiap keinginan adalah nafsu.Kata nafsu dalam bahasa Indonesia diserap dari kata bahasa Arab an-nafs yang bermakna "diri" atau "jiwa". Dalam perkembangan pragmatiknya, kata nafsu terkait erat dengan konsep ego atau "ke-aku-an".
Yang dikatakan nafsu itu adalah keinginan.
Menginginkan surga itu nafsu. Maukah kamu salat ber-imam pada orang yang beribadah dengan nafsu?
Kita dipersilakan menjadi imam salat berjamaah lalu merasa dalam hati bahwa diri ini memang layak mengimami jemaah, merasa ada diri itu najis batin. Maukah kamu ber-imam pada orang yang batinnya bernajis?
Dalam ibadah ada rukun fi'li [gerakan], qauli [bacaan], dan qalbi [pandangan hati]. Tentulah berlaku juga rasa fi'li, rasa qauli, dan rasa qalbi.
Ada orang membacakan ayat terlalu dialun-alun, dimerdu-merdu saja sudah dapat dirasa dengan rasa qalbi bahwa orang ini riya. Melihat gerak-gerik fi'linya juga sudah dapat dirasa dengan rasa qalbi bahwa orang tersebut ada ujubnya.
Itu sebabnya ada anjuran Nabi Muhammad Rasulullah Saw. agar imam salat berjamaah agar tidak membawakan surah yang panjang-panjang. Itu sebabnya ada juga orang-orang tasawuf yang maqam sirr-nya sudah tinggi bila salat bermakmum pada imam yang berkualitas riya, mereka akan membatalkan salatnya dan mengulangi salatnya secara munfarid*).
Sekarang saja langsung terasa... begitu terbaca bagian *) ini oleh "mereka", serta-merta mereka sibuk membuka-buka file kumpulan hadis yang biasa dicopas. Jangan kaget kalau yang "mereka" cari itu hadis di bawah ini untuk dibuat status sindiran:
Tidak semua orang tertipu dengan penampilan zahir saja. Ada dapat yang memandang dengan zahir sekaligus dengan rasa. Dari sinilah dapat diketahui adanya riya pada seseorang yang diamati. Mustahil rasa dari Rahasia [sirr] itu bohong.
من لم يذوق لم يعرف
"man lam yadzuuk lam ya'rif"
Siapa tidak pernah merasa, tidak akan pernah tahu.
Akan tetapi, sedikit orang yang mau mengetahui tentang rasa. Bukankah sirr itu rasa. Rasa itu Rahasia. Ketahuilah masalah rasa ini. Rasa ini ada di hati.
Mengapa Allah memandang hati?
Karena hatilah yang berhubungan langsung ke alam raib ["alam" Tuhan], bukan alam gaib. Kita tidak tahiu "alam" Tuhan ini, tetapi hati merasakan.
Sebab,
siapa yang kenal dengan Allah? Ruh.
siapa yang pernah mendengar Kalam Allah? Ruh.
siapa yang pernah menyaksikan Allah? Ruh.
Jadi, sudah ada sama`, bashar, kalam, [dan seluruh sifat 20] itu pada ruh sejak di alam arwah.
Orang tauhid menerima bicara orang syariat bahwa mereka beramal dengan lillahi ta'ala; tetapi mengapa orang syariat tidak mau menerima bicara orang tauhid tentang ibadah billahi ta'ala? Bukankah laa hawla wa laa quwwata illa billah?
Cobalah sekali-sekali santapan makrifat ini.
"...agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami [bani Adam] adalah orang-orang yang lengah tentang ini."
By
Published: 2013-01-30T22:38:00+07:00
Setiap Ingin adalah Nafsu