klik untuk perbesar gambar. |
Kemarin, ceritanya saya terima email via fasilitas Kontak Mux di blog ini. Saya baca, dan saya tanggapi sebagai berikut. ;)
Alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh, Kang..
Salam kenal balik ya..
Berikut ini yang bisa saya sampaikan,
- Sy mau nanya adakah hadist Rasul yg mendukung bahwa Khidir seorang Nabi??
- Kapan dia di angkat menjadi seorang Nabi??
- Jika dia seorang Nabi haruslah ada umatnya, kita tahu Bahwa Rasulullah salallahu alaihiwassalam adalah penutup para Nabi.
- Mengapa kematian Khidir nanti sampai hari kiamat??
Mengenai sandaran versi hadisnya, saya yakin Akang atau kawan-kawan Akang yang muhaddist punya simpulan tersendiri mengenai ini. Adapun kami meyakini beliau adalah salah seorang dari sejumlah nabi di luar 25 Nabi utama yang Allah utus itu dari tiga hal:
- dari iqra tafsir surah al-Kahfi (nama "Khidr" disebutkan di surah tersebut mulai ayat ke-66. Bisa dicermati bahwa di surah tsb. pun tidak tercantum kata "nabi" di depan nama Musa, ya Kang?! );
- dari kitab Qishashul Anbiya yang sanad puncaknya pada Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a., berasal dari Nabi Muhammad Rasulullah Saw. sendiri.
- yang ini mungkin sulit Akang percaya dan terima: .. dan karena Nabi Khidir a.s. sendiri yang hadir dan duduk di tengah-tengah kalangan kami dan memperkenalkan diri beliau.
Betul, kami pun meyakini seyakin-yakinnya tanpa ragu dan tanpa penafsiran lain bahwa Nabi Muhammad Rasulullah Saw. itu khatamul nabiyyin. Tidak ada lagi nabi setelah beliau. Tapi mohon dicermati sejarah dalam Quran. Era Nabi Musa a.s. 'kan terjadi bahkan sebelum Nabi Isa a.s. lahir, Kang?!
Kapan beliau diangkat menjadi nabi?
Tampaknya itu bukan pertanyaan yang ber-adab di hadapan beliau.
Mengenai mengapa Nabi Khidir a.s. dikaruniai umur melebihi kelaziman manusia biasa?
Sebaiknya Akang tanya langsung ke Allah. Itu 'kan Kehendak-Nya atas orang-orang yang dikehendaki. Pastinya Akang atau kawan-kawan Akang yang hafizh tidak asing lagi dengan frasa "yang Kukehendaki" yang ada bertebaran di Quran.
Mengenai "ketiadaan" umat Nabi Khidr a.s.
Saya yakin Akang lupa adanya 4 predikat yang Allah karuniakan atas insan-insan yang dikehendaki-Nya:
- nabi <-- semacam titel
- rasul <-- semacam jabatan yang diberikan pada orang yang sudah punya titel (nabi). Tidak semua yang bertitel (nabi) punya jabatan (rasul) 'kan Kang?
- wali <-- karunia bagi para mukmin setelah pintu kenabian ditutup. Bahkan wali ini juga pangkatnya berjenjang, ada semacam hierarki di kampung para wali. Penghulu para wali biasanya disebut sebagai wali quthub.
- ulama <-- ahli waris Rasulullah Saw. (kalau dipikir2, para wali dan ulama juga tidak punya umat, karena setiap muslim itu sudah diklaim sebagai umat Muhammad Saw., bahkan setiap kyai, syaikh, dan ustaz pun gelar kehormatan tertingginya adalah umat Muhammad Saw.)
Wah, saya bingung maksudnya nih.. maksudnya Akang tanya lafazh yang tepat berdasarkan teori linguistik Arab? Sayang sekali saya hanya paham ilmu linguistik umum, Kang. Adapun yang saya tahu hanya tentang karakter bahasa Arab, yaitu bahasa yang sisi semantiknya cenderung lebih ditentukan oleh fonem-fonem konsonan.
Artinya, di antara ketiga bentuk tadi: -LADUNNI?? -LADONNA?? -LADONNI??<-- inti semantisnya ada pada konsonan "lam", "dal", dan "nun". <-- jika keliru mohon dimaklumi ya..
Sedangkan kami cenderung melafalkannya sebagai "Ladunni", itu kami ambil dari derivasi pembunyian ayat "wa 'allam nahu min ladunna `ilman" di Quran, Kang.
Errm.. sebenarnya Akang paham gak dengan yang disebut ilmu ladunni itu? saya jadi ragu.. sebab Akang sendiri meragukan kenabian Khidr a.s. (jadi, pastinya Akang tidak tahu ya tugas-tugas yang Allah amanatkan pada beliau dan Akang pastinya tidak tahu ciri-ciri yang membedakan beliau dari manusia kebanyakan.)
Btw, Kang.. maaf, saya jadinya menduga Akang menanggapi dalil cenderung secara literal teks saja. Bahkan cenderung memandang Islam itu identik dengan Arab. Kang, kita ini sedang membicarakan keislaman, bukan kearaban. Saya tahu ada kalangan Islam yang beranggapan bahwa kalau orang Islam yang bukan asli Arab (Ajam) atau yang gurunya bukan keturunan langsung darah nabi, kedudukannya lebih "rendah" dibandingkan keturunan Arab asli.
(Padahal, TKW Indonesia juga paling banyak diperkosa dan dianiaya sama orang Arab ya, Kang? TKW di negara lain pun belum saya ketahui ada yang sampai dipancung segala.)
Jika Allah mengamanatkan Rasulullah Saw. meneladani pengagungan pada nasab kearaban, pastinya agama ini tidak dinamai dengan kata "Islam", bukan tidak mungkin agama ini dinamai "Arabi", "Jazirahi", "Onta-isme" atau dengan nama yang lebih lagi.. Saudi, misalnya..
-Syekh Abdul Qodir Jailani Junaidi Al Baghdadi...
-Syekh Abdul Qodir Jailani Bin Hasan wal Husain Bin Sayyidina Ali Bin Abi Tholib...
Hanya satu yang Lughowi dan Nabawi.........
Errmm.. kalau yang salah satu kumpulan tausyiah beliau dihimpun dalam kitab yang berjudul Al-Fathur Rabbani wal Faidlur Rahmani, itu Syaikh Abdul Qadir Jailani yang mana ya, Kang?!
Ain adalah Iliyyin,
Lam adalah latifah2 di diri manusia,
Mim adalah Marifat, contoh, dari bodoh secara bertahap dipandaikan.
Kang, di pengajian kami juga ada disampaikan pengetahuan semodel itu.. tapi di kami, itu hanya sebagai sampingan penambah wawasan keesaan saja. Sama sekali bukan bahasan utama lho. Dan, pemahaman itu pun tidak pernah dimanifestasikan ke dalam ibadah, misalnya ke dalam salat.
Kami tidak diajarkan untuk meng-i'tiqad-i'tiqadkan huruf apa pun di dalam salat. Bahkan, ketika dalam salat pun kami tidak ada pakai i'tiqad-i`tiqad-an <-- bukannya ini termasuk bid'ah tuh?? Mudah-mudahan Akang juga tidak melakukan sedemikian dalam salat ya. Aamiin.
Kalau masih ulukutek utak-atik huruf dilebur jadi ini-itu seperti di atas, kalau di Pontianak, tasawuf beginian disebutnya tasawuf kelas belacan, Kang. Tahu belacan, Kang? Kalau di bahasa palemburan mah.. belacan teh tarasi. Tasawuf belacan hartos na, itu digulah-galeh jeung ieu, digalemokeun jeung eta, diolah jadi sambel anu ngan matak janten panyawat kana patuangan, Kang.
Betul, Kang.. ilmu Rijalullah jauuuuuuh banget ama Rijalul Alam. Nah, Huruf itu kan bagian dari alam ya, Kang.. kalau masih asyik utak-atik-mistik huruf ke paham lalu ke ibadah, ini yang dinamakan ilmu rijalul alam, setuju 'kan Kang?!
Waduh, saya cuman taunya yang NUR, Kang.. yang saya tau di Islam cuma diinformasikan adanya API TANPA ASAP, yaitu bahan baku penciptaan jin. Soal Api Bersih, dapat dari khazanah keyakinan mana tuh, Kang??
O gitu ya, Kang.. setahu saya soal mengaji tauhid gini, Kang..
Al-Ankabut (5 dan 69):
Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu [yang dijanjikan] Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (5) Dan orang-orang yang berjihad untuk [mencari keridhaan] Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (69)
Ada juga yang dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Kang:
"Tauhid adalah fardu. Mencari yang halal juga fardu. Mencari ilmu-ilmu yang menyangkut kegiatan sehari-hari juga fardu. Ikhlas dalam beramal juga fardhu. Tidak meminta ganti dalam beramal juga fardu. Tinggalkanlah orang-orang fasik dan munafik." [dalam Al-Fathur Rabbani wal Faidlur Rahmani]
gak tau apakah ini Syaikh Abdul Qadir Jailani yang Lughowi dan Nabawi menurut Akang itu bukan ya? tapi, tampaknya yang kita pegang masing-masing beda orang ya, Kang?)
Beda sedikit dengan kami, Kang.. kalau kami bukan diajari merasakan sifat, melainkan diajari untuk bisa merasakan rasanya rasa..alias merasakan rasanya zat-mutlak. Biar bisa mi'raj sebagaimana disunnahkan Nabi Muhammad Rasulullah Saw. junjungan kita.
Tarekat, ada Ilmu Tarekat
Hakekat, ada Ilmu Hakekat
Marifat, ada Ilmu Marifat
Kalau di pengajian, kami diajari bahwa syariat-tarikat-hakikat-makrifat itu terhimpun dalam ke-kaffah-an Islam. Tidak terpisah menjadi cabang-cabang ilmu.
Betul, Kang.. selaras dengan hadis "innamal a`maalu bi nniyaat" yah.. Dan, yang namanya i`tiqad itu kan hanya ada di awal perjalanan ya, Kang.. tidak dibawa lagi ketika sudah sampai di tujuan perjalanan.
Ibaratnya saya dari Pontianak mau mudik ke lembur di Bandung. Di Pontianak saya i`tiqadkan untuk pergi dan sampai di Kota Kembang yang saya rindukan. I`tiqad ini bisa diucapkan di hati saja, atau saya zahirkan dalam bentuk lafal bahasa ketika izin ke mertua. Tapi, ketika saya sudah sampai di Bandung, tidak ada lagi i`tiqad-i`tiqad-an kan ya..?! Lucu juga kalau saya sudah sampai di Bandung lalu di hati masih berucap "Saya mau ke Bandung." <-- lha wong udah sampai.. hehehe.
Atau, bisa diumpamakan i`tiqad ini "jembatan" menuju takrif atau tempat tujuan. Kalau masih di jembatan atau masih mikir-mikir soal jembatan, artinya kita belum sampai ya.
Ada pun i`tiqad sebenar yang sepatutnya dipegang setiap muslim itu i`tiqad untuk sampai ke Allah. Atau kembali ke Allah. Sesuai dengan kalimah "inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun".
Jadi, Kang.. asli saya gak bisa mengerti kalau ada muslim yang berkeyakinan kita musti bisa menjawab "yang datang-datang" ketika menjalani sakaratul maut. Kalau kita layanin "yang datang-datang" itu, memang kita bisa seperti yang disebutkan barusan.. yaitu
ada yg kembali ke dewa...
ada yg kembali ke sanghyang...
ada yg kembali ke keturunan...
ada yg kembali ke Baghdad...
ada yg kembali ke rumah kosong.. dll
Kalau kami sih, kami yakin seyakin-yakinnya akan kembali ke Allah. Allah itu tidak datang; tidak pergi. Soale Allah kan laysa kamitslihi syai`un; tidak sama dengan makhluk. Jadi, Tuhan itu jangan disamakan dengan makhluk dong, Kehed! eh..maapss..
Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan. (Q.S. Al-Ankabut: 21)
Kalau boleh saya beri saran ke Akang:
Temui orang yang mengajari Akang soal "yang datang-datang ketika sakaratul maut dan cara menjawabnya dengan benar" itu.. lalu Akang buka celana dan tonggengkan pantat Akang ke muka dia. Betul, Kang.. lakukan saja.. sebab dia itu pembohong besar.. saya ulangi.. PEMBOHONG BESAR!
Saya gak lagi becanda.. asli. Sebab ini bukan urusan main-main. Lagian dari mana rujukan dalilnya tuh? Justru ini titik kritis bagi setiap muslim. Tanyakan saja pada ulama-ulama waras, pasti mereka nyatakan kekhawatiran mereka, yaitu takut tidak lulus dari fitnah dalam sakaratul maut.
Ingat hadis ini:
Sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya satu hasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga dia memasukinya.
Dan salah seorang di antara kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli neraka, hingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya sehasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli surga hingga dia memasukinya.
(HR Bukhari dan Muslim. Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Bid’ul Khalqi/3208/Fath]. Muslim di dalam [Al Qadar/2463/Abdul Baqi]).
Jadi, jangan ragu nyuruh orang itu ngobrol ama liang tokai, Kang. Bukan apa.. yang dia ajarkan itu hakikatnya "cara paling unik untuk meluncur ke neraka" lho, Kang.
Di tauhid ada teknik talqin yang bersumber dari Quran: tentang bagaimana cara kita membantu sanak-keluarga mengantarkan nyawanya kembali ke tempat asal. Ke inna lillahi wa inna ilayhi raaji`un. InsyaAllah ke depannya di-share juga di blog ini.
Benar, Kang..mustahil tanpa ilmu.. terlebih lagi, mustahil tanpa ilmu ladunni alias karunia Allah murni atas orang-orang yang dikehendaki-Nya. InsyaAllah saya tahu sedikit mengenai yang Akang sebutkan itu.
Btw, Akang sudah tahu apa dan bagaimana proses tajalli itu dan bagaimana ketika hasil mujahadah itu berbuah tajalli?
Kalau Akang mau tahu praktik laduni hingga meraih tajalli, saya bisa sampaikan sedikit praktiknya. Jika Akang sudah praktikkan amalan Pusaka Madinah yang Rasulullah Saw. amanatkan pada kalangan kami, tapi kemudian Akang gagal meraih tajalli.. silakan Akang ludahi wajah kami. Asli deh. Serius ini, Kang.
..ahh...tapi Akang pasti tidak tertarik ya..
Setuju sekali, Kang.. yang membedakan adalah kualitas.
Yap, tapi ketika sudah sampai di hadirat Illahi Rabbi, gada langit lagi 'kan, Kang?
Mungkin tidak sih sesat mah, Kang.. cuman belum "sampai" dan hampir teperosok ke jurang aja kali ya..?!
Wabillahittaufiq wal hidayah, wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, Kang.
By
Published: 2012-10-23T22:27:00+07:00
Masih Yakin Islam Muxlimo Sesat Setelah Baca Ini? (2)
Dari sekian komunitas yang saya ikuti, saya bersahabat baik dengan beberapa orang salik, yang menempuh "perjalanan menuju Allah", khususnya beliau-beliau yang menempuh jalan ini melalui jalur suluk tasawuf. Nah, yang berikut ini, tentu tidak ditujukan pada beliau-beliau yang saya cintai karena Allah tersebut ya. :)