![]() |
Membangunkan orang tidur: dibelai atau diguncang? |
Sungguh tipis tegas dengan ganas.
Tapi tipis sejauh jarak langit dan bumi
ketika menampar dengan pedoman.
"Wahai manusia! Sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kamu ialah, manakala seorang yang terhormat di antara mereka mencuri, maka mereka membiarkannya. Namun bila seorang yang lemah di antara mereka mencuri, maka mereka akan melaksanakan hukum hudud atas dirinya. Demi Allah, sekiranya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya." (Shahih Muslim No.3196)
Sungguh tipis hendak sampaikan dengan harap ikuti.
Tapi tipis bagai siang dan malam
ketika Ia hanya memandang hati.
“Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat kepada tubuh dan bentuk kamu, tetapi Dia melihat kepada hati-hati kamu.” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah r.a. No. 2564)
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (al-Hajj: 32)
Sungguh tipis pamer paham
dengan sombong-agungkan Ilmu-Nya
ketika itu timbul dari kasih sayang.
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].
Sungguh tiada sempurna ilmu seorang hamba selagi masih dari melihat, mendengar, dan membaca.
Hingga ia meraihnya dari sumber tanpa dalil dan burhan, tanpa huruf tanpa suara.
"Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (al-Kahfi: 65)
Sebab begitulah Nabinya, demikian pula umatnya.
Katakanlah: `Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:` Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa `. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya`.(al-Kahfi:110)
Sebab perintah khalifah itu untuk semua.
Setiap yang hidup dengan Ruh.
“Maka setelah Kusempurnakan kejadiannya, lalu Kutiupkan Ruh-Ku kepadanya…” (al-Hijr : 29)
Jika ada kagum pada sesama, sungguh semu semata;
Jika ada kecewa pada sesama, sungguh semu semata;
Jika ada cinta pada sesama, sungguh semu semata;
Jika ada benci pada sesama, sungguh semu semata;
kecuali yang bersebab Sang Musabbib.
Sebab selain-Nya tiada miliki Wujud Hakiki.
“Barangsiapa mencintai karena Allah, marah karena Allah, memberi karena Allah, menahan pemberian karena Allah, maka dia termasuk orang yang sempurna imannya.” (H.R. Abu Dawud dari Abu Umamah No. 4681)
Tiada keyakinan timbul dari keraguan.
Tiada kebenaran tanpa ilmu dan wahyu.
Tiada kesesatan selagi Ia Menunjuki.
"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan-Ku pasti akan kutunjukan jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat Ihsan". (al-Ankabut : 69)

By
Published: 2011-12-13T02:22:00+07:00
Takut Berdosa Membuatmu Berdosa