Salam alaikum, Sobat Sarang...
Ya, kita masih di postingan-jembatan menuju bahasan tentang Ruh Qudus. Mohon sabar dan bebaskan diri dari prasangka ya. Saya tidak sedang mempermainkan Sobat Sarang sekalian. Tulisan ini akan menguraikan betapa selama ini kita telah lalai. Frasa "Ruh Qudus" disebutkan berkali-kali di dalam Quran, tetapi kebanyakan kita mengacuhkannya begitu saja, seperti yang tidak ikhlas frasa itu ada di dalam kitab suci Islam. Seperti alergi karena beranggapan frasa itu milik iman lain dalam Injil. Bahkan hampir-hampir menganggap yang selain Islam itu bukan ciptaan Tuhan.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena umat lalai. Mengapa umat bisa lalai? Karena ulamanya lalai.
Selama ini umat hanya dicekoki dengan dakwah akhlak dan hukum. Umat jadi lebih dekat dan lebih kenal dengan akhlak dan hukum, sambil tetap asing dengan Tuhannya. Ada pun pembicaraan soal tauhid, kebanyakan ulama hanya menguraikannya sebagai "pengetahuan" penambah wawasan belaka. Tidak dijelaskan bagaimana mempraktikan akhlak dan hukum di bawah naungan filosofi iman itu.
Akhirnya umat mengartikan ber-Tuhan itu cukup dengan berakhlak dan berhukum. Akhirnya umat terbagi menjadi dua ekstrem, yaitu para saleh yang kemayu dan para pejihad yang ganas. Yang di tengah-tengah kebingungan lalu mengambil paham sana-sini. Tidak berkarakter sama sekali. Seperti para ulamanya. Buih.
Selama ±23 tahun penyebaran Risalah Islam, baru pada tahun ke-11 perintah mengerjakan ibadah syariat turun, yaitu ketika Nabi Muhammad Rasulullah Saw. mengalami peristiwa Isra Mikraj. [bila berkenan, silakan buka tulisan terdahulu soal Awwaluddin Syariatullah di antara Kita]
Apakah selama ±12 tahun sebelum turunnya perintah bersyariat, Muhammad Rasulullah saw. itu kerjanya hanya makan dan tidur?Ulama masa kini kebanyakan terputus kontak ilmunya dengan ulama tauhid masa lalu. Hampir-hampir terputus jembatannya dengan dakwah akidah hakiki. Alih-alih memahamkan umat pada filosofi keber-Tuhan-an, pemahaman tauhid hampir-hampir seperti mau ditenggelamkan begitu saja.
Berikut ini dua hal yang telah lama dilalaikan ulama masa kini:
1. Hukum Aqli
Agama itu syariah dan akidah. Menyempurnakan syariat dengan syara', menggunakan hukum fiqh. Menyempurnakan akidah dengan apa? Dengan tauhid. Menggunakan hukum aqli.
Maka hukum dalam agama itu hanya tiga
- hukum aqli, yaitu prinsip iman dan ketuhanan,
- hukum syar'i, yaitu penjelasan interaksi Tuhan-hamba dan interaksi hamba dengan sesamanya, dan
- hukum adat, yaitu sunatullah atau "hukum alam". Contoh: kalau lapar obatnya makan, kalau haus obatnya minum.
Dengan mengetahui hukum syara', tahulah kita bahwa dalam ibadah itu ada syaratnya, rukunnya, wajibnya, dan pembatalnya. Contohnya ketika hendak melakukan salat, terdahulu syaratnya, yaitu bersuci. Sewaktu melakukan salat, berlakulah rukun. Untuk mengetahui sah atau tidaknya ibadah kita, tentu perlu diketahui hal -hal yang bisa membatalkannya.
2. Rukun Syahadat
Dalam bersyahadat, supaya sempurna syahadat kita itu, harus kita ketahui rukun syahadat, yaitu meng-isbat-kan (meyakinkan) Zat, Sifat, Asma, dan Af'al Allah.
Begitulah ibadah. Kalau tidak tahu rukunnya, batal! Salat, puasa, zakat saja ada rukunnya. Apalagi syahadat yang merupakan permulaan agama.
Quran itu jangan hanya dibahas terjemahannya saja atau makna tafsir saja, harus sampai pada makna yang tersirat. Jangan hanya sampai di situ, harus bisa sampai ke makna hakikinya. Inilah tugas para ulama!
Islam ini agama yang benar. Tentu harus bisa dijelaskan sampai makna hakikinya. Makna hakiki inilah tanggung jawab ulama menjelaskannya pada umat.
Sebelum ada alam dunia, alam akhirat, segala alam, yang ada zat saja. Zat mutlak. Ketika zat mutlak tidak ada, bahkan kosong pun tidak ada. Tatkala kosong sekosong-kosongnya itu, tidak usah dipikir-pikir lagi. Syahadatlah kamu. Yang sudah tetap adanya, tidak usah dikata lagi. Syahadat saja.
Jangan kita tahu menyebut Allah, tapi apa Allah itu? Bagaimana Allah itu? Baca Q.S. Fushilat ayat 54. Pahami makna hakikinya! Yang kita tidak tahu soal Allah itu Mahabesarnya.
- Syaikh Sirad -
By
Published: 2011-12-23T10:24:00+07:00
Dua Hal Utama yang Dilalaikan Ulama
49 komentar:
kang mux, nanya yaa :)
1. saat yg tepat bagi kita bersyahadat (naik saksi itu) kapan ya? apakah saat kita menyadari bahwa tubuh kita mahasuci?
2. makna syahadat yg benar pemahamannya gimana? apakah karam dengan zat (diri allah)dan sifat (muhammad)? thx
oh, saya coba jawab setakat pengetahuan saya ya..
1. waktu yang tepat saat bersyahadat tentu ada di dalam salat lima waktu dan salat-salat sunnah lainnya. Meski demikian, setiap saat ketika kita sadar akan ke-Mahahadir-an Allah, membaca syahadat itu lebih baik. Artinya, di dalam dan di luar salat, kita mengekalkan kesadaran ini. InsyaAllah. aamiin. :)
2. Sebenarnya, menurut pengalaman dan pengamalan para arif billah, makna syahadat yang benar pemahamannya adalah ketika kita sudah ada pada level penyaksian hakiki, Yaitu ketika kita (dalam keadaan sadar-penuh, terjaga) benar-benar "menyaksikan" hanya Allah yang ADA. Pada saat itu, kita bahkan tidak merasa ada diri lagi.. meski pada detik itu juga kita ini yang menyaksikan betapa yang ADA hanya Allah.
Begitu kira-kira, Mas/Mbak. Kurang-lebihnya, mohon dimaafkan ya.. :25:
numpang lewat sajah ah... takut jadi halal ya... makasih atas perhatianya ... reseup ku emoticon ieu uy :24: wkwkwkkwkwkw :3:
Kang Mux nanya lagi yaa :)
1. sebenarnya definisi hakiki SYAHADAT itu menyaksikan atau merasakan atau menyadari sih? hehe...
2. saat orang mati syahid itu jasadnya menghilang apakah itu yang dinamakan Moksa oleh Saudara kita org hindu? Apakah hilangnya pindah ke alam barzah? Bgmn dgn org meninggal 100 tahun tapi jasadnya masih utuh dan segar beserta kafannya? Trims Kang Mux sebelumnya...
Hoi!! numpang lewat di mari kagak gratissss!! :c:
Oh, okok.. *maaf kelamaan ni balas, baru sempat OL lagi :21:
1. Definisi dan praktik syahadat yang hakiki, yang dianjurkan sekaligus diteladani Rasulullah dalam peristiwa Isra Mikraj, yang juga menjadi sunnah bagi umatnya itu insyaAllah yang begini:
Syahadat yang bermakna menyaksikan sekaligus merasakan sekaligus menyadari bahwa hanya Allah SWT. yang ADA. <-- ini terjadi dalam keadaan sadar-penuh, dalam keadaan terjaga, dan dengan jasad-nafs-ruh kita sekaligus (bukan mimpi, juga bukan via meraga sukma). Allahua'lam.
2. Moksa itu berbeda dengan tajalli dalam Islam.
Moksa di agama tetangga itu tidak ada bedanya dengan amalan astral projection, meraga sukma, atau masuk alam awang-uwung.
Apa sebab? sebab mereka baru masuk ke "kosong" alam dimensi jin. Bukan ke "kosong" zat-sifat, apalagi ke "kosong" zat-mutlak.
Jasad syuhada maupun muwwahid yang menghilang, itu ke alam barzah, sedangkan yang moksa itu ke alam.. Allahua'lam. :21:
Sedangkan orang saleh yang jasadnya utuh setelah ratusan tahun, bisa jadi beliau itu yang menyelamatkannya adalah amalan saleh selama hidup, akan tetapi yang terbaik adalah yang jasadnya esa beserta ruhnya. Sebab jasad dan ruh itu musti esa. Hidup di alam dunia saja, jasad dan ruh kalau terpisah, kita binasa. Sama juga dengan di akhirat, kalau jasad terpisah dari ruh, binasa.
Meski demikian, bila ada fenomena jasad utuh setelah ratusan tahun dikubur yang dialami oleh seorang ulama tauhid. tentu mengenai ini saya hanya bisa menyimpulkan dengan "Allahua'lam", sebab bisa jadi keadaannya dikehendaki demikian oleh Allah bagi kita, sementara keadaan beliau sendiri di alam barzah mungkin saja sama dengan muwwahid lain yang jasadnya hilang di dalam kubur.
Begitu yang bisa saya sampaikan. Lebih-kurangnya mohon dimaafkan.
Oh ya kang, nama saya arbi alias "anomim" yang bertanya di atas. terus terang memang pengetahuan ini yg saya butuhkan. makanya jadi banyak nanya. skrg aja mo nanya lg nih. hihihi...
1. kang, bagaimana menerapkan "tubuhku mahasuci dan aku sudah di dalam mahasuci". apakah cukup di-sadari saja atau harus disertakan rasa juga? sebab kata org kaji itu harus ada ROSO-nya. apa bener itu kang?
2. kosong zat-sifat itu beda ya kang dg kosong zat mutlak?
3. rasa kosong zat mutlak itu gmn? atau dg cara membayangkan diri ini "menghilang"?
Hehe.. gapapa, Mas Arbi. Orang tua-tua dulu bilang, malu bertanya; sesat di jalan.. well, meski saya ini belumlah layak jadi penunjuk jalan, apalagi jadi guru tauhid.. saya coba uraikan setakat pengetahuan saya ya.
Sebelumnya perkenankan saya koreksi dulu kalimat yang Mas Arbi pegang ya.
Bukan "tubuhku mahasuci", melainkan "Mahasuci tubuhku."
Kalau terbalik makna hakikinya berbeda, bahkan bisa berakibat fatal. Dikhawatirkan kita lama-lama terbisiki setan dengan meyakini bahwa tubuh kita (jasad-tulang-daging) inilah yang mahasuci. Dikhawatirkan nanti kita jatuhnya membaharukan yang qadim, bahkan bisa tergolong kafir zindik karena mengira tubuh kita inilah yang mahasuci. Padahal bukan begitu yang disampaikan di sini ya.
Nah, mari kita mulai pembahasannya ya.
1. Karena Mas Arbi insyaAllah sudah paham maksud perkataan "Mahasuci Tubuhku dan di dalam Mahasuci aku berada." <-- bahwa ini sekadar pengingatan kesadaran versi bahasa kita, bahwa inti perkataan ini sama dengan hakikat zikir-zikir yang ada di Islam, seperti "Laa ilaaha illa Allah" "Subhanallah", "Astagfirullah", dsb. yang sudah Allah wajibkan diucapkan dengan bahasa Arab.
Jadi, jangan sekali-sekali mengubah bacaan zikir dengan selain yang sudah disunnahkan Rasulullah Saw. ya..
Jika mau wirid, baca saja secara bahasa Arab, dengan memasang kondisi hati dan pikiran sebagaimana ilmu zikir yang dianjurkan tauhid. :)
Sebagai tahap awal, silakan Mas Arbi coba langkah berikut.
a. baca basmalah lalu syahadat.
b. sadari seyakin-yakinnya kita ini di dalam liputan Tubuh Mahasuci. (dalilnya "wa Allahu bi kulli syai'in muhiith.") Lalu..
c. Diam sediam-diamnya. (teknik diamnya silakan dibaca lagi di postingan http://muxlimo.blogspot.com/2011/12/iblis-setan-paling-purba-dan-orang.html ya, Mas.
Tanda bahwa kita sudah melakukannya dengan benar, akan terasa tenang dan nyaman senyaman-nyamannya. (Dalilnya "Hanya dengan 'mengingat' Allahlah jiwamu akan tenang."
Jika sudah terasa tenang dan nyaman senyaman-nyamannya itulah gerbang ihsan, artinya pada saat itu kita sudah menghadirkan hati di hadirat Ilahi Rabbi. Maka di sinilah terbukti Islam itu menghendaki kemudahan. Di balik kerumitan dan kesulitan memahami tauhid, ada kemudahan. (dalilnya Q.S. Alam Nasyrah: 5 & 6) :) InsyaAllah.
Di sini kita tidak pakai rasa-rasa, Mas. Sebab tauhid ini bukan kebatinan yang musti pakai rasa-rasa. Memang dalam tiap kaji ada rasa, di tauhid juga ada rasa, tapi "rasa"-nya berbeda dan sama sekali tidak sama dengan "roso" yang orang bilang pada Mas Arbi itu. InsyaAllah suatu hari kelak Mas Arbi pun akan paham sendiri. :)
Apalagi, amalan praktik tauhid ini bisa dilakukan bahkan sambil bekerja, berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring. Kapan saja sebaiknya seperti itu. Jadi tidak musti di dalam gua atau di hutan, di tempat-tempat "bertuah" atau di malam-malam "keramat" lainnya ya.. hehehe. Inilah beda jelas antara tauhid dengan kebatinan, Mas.
2. Ya, Mas.. kosong zat-mutlak dengan kosong zat-sifat itu berbeda.
Kosong zat-sifat masih belum mahasuci, masih "kotor" dengan partikel-partikel alam atau noktah-noktah. Sedangkan di dalam kosong zat-mutlak, bersih sebersih-bersihnya. Tidak ada lagi partikel atau jasad renik lainnya karena sudah bukan di dimensi alam lagi.
3. Rasanya di kosong zat-mutlak, jawabnya Allahua'lam. Sebab karunia Allah atas tiap hamba-Nya itu berbeda-beda. Meski demikian, insyaAllah paling tidak rasa yang paling minimal itu tidak berbeda jauh dengan rasa yang Mas raih di poin 1 di atas. :)
Mudah-mudahan penjelasan saya tidak melantur ya. Btw, saya sarankan juga agar Mas mempraktikan ini tetap dalam bimbingan seorang guru tauhid, sebab mendalami agama itu wajib dengan guru sebagaimana tuntunan hadis.
Jadi carilah sampai dapat guru di dekat lingkungan Mas yang bisa membimbing Mas Arbi lebih dalam lagi dalam ilmu dan praktik tauhid ini. Sebab, dalam mempelajari tartil Quran saja ada hukum talaqqi. Saya kira demikian juga hukum yang belaku ketika mempelajari ilmu agama lainnya. Allahua'lam.
:) Kang Mux, zat mutlak itu sama dengan zatul buhti ya?
trus, kata ahli fisika (pastinya bukan saya), berdasarkan teori quantum physic bahwa "everything are made of energy" alias segala sesuatu terbuat dari energy. nah, apakah energy itu sama dengan zat mutlak atau masih diwilayah zat-sifat? hehehe ^_^
setelah saya baca link dari Kang Mux ada menulis sbb:
1. Sadari Mahasuci tubuh Anda, di dalam Mahasuci Anda berada. Bacalah syahadat. Sudah itu diam sediam-diamnya. Jangan baca ini-itu. Tak usah pakai baca-baca. Cukup dengan kesadaran dan diam saja.. Jangan ada zikir-zikir lagi karena Tuhan bukan berupa baca-baca dan zikir-zikir.
2. Bagaimana cara menyatukan pikiran dan perasaan? Diamkan pusat (sama-tengah-hati). Mendiamkan pusat itu bukan ditarik ke dalam atau dinaik-naikkan.
pertanyaan saya, maksudnya mendiamkan pusat itu tahan nafas ya Kang atau gmn? krn kalau bernafas kan pusat pasti akan bergerak ke dalam dan keluar. hihihi
Ini mas Arbi lagi ya?! :)
insyaAllah energi itu masih di zat-sifat Mas. Sebab energi itu meskipun tak tampak dan tak bisa diraba, tapi masih bisa ditafsir dan dirasa oleh jasad ini :)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini memang luar biasa dahsyat. Sayang sekali yang Allah kehendaki untuk menjadi "panglima penggenggam iptek" sekarang ini kaum yang tidak bertauhid. Coba lihat link ini, Mas. Gemes deh bacanya.. :17:
saya yakin Mas Arbi sepandangan dengan saya dalam hal ini (*saya ada komen juga di situ, hehehe)
http://id.berita.yahoo.com/akankah-ilmu-pengetahuan-mengesampingkan-keberadaan-tuhan.html
Pertanyaan yang :8: hehehe..
Mendiamkan pusat di sini maksudnya biarkan pusat itu sebagaimana keadaannya.
Mendiamkan pusat justru bukan dengan menahan napas maupun mengatur napas, Mas. (beberapa kalangan (maaf) tasawuf memainkan hal seperti ini. Sebenarnya ini jatuhnya masih di kebatinan, Mas)
Maksud guru "bukan ditarik ke dalam atau dinaik-naikkan" ini untuk mengingatkan mereka yang ketika bertafakur masih pakai i'tikad-i'tikad dan masih pakai atur napas atau tahan napas.
Jadi, mendiamkan pusat itu, biarkan pusat bergerak naik-turun ketika bernapas. Ini agar "diam" kita tidak lalu terkonsentrasi ke arah napas. <-- ini bisa dikatakan kita kekal ke napas, bukan kekal ke Allah.
Memang masalah praktik ini yang memang agak sulit menjelaskannya, Mas Arbi. Meski demikian, saya berterima kasih sekali pada Mas Arbi sebab pertanyaan Mas Arbi ini bisa jadi juga pertanyaan beberapa kawan yang membaca postingan ini.
Mohon maaf kalau penjelasan saya kurang bernas ya, Mas. Tapi insyaAllah sedapat mungkin saya selalu coba jawab dan menyampaikan yang terbaik untuk saudara-saudara seiman saya. :21:
hampir kelewat! :2:
Iya, Mas. InsyaAllah zatul buhti itu = zat-mutlak :8:
ooo jadi men-diam-kan pusat ini artinya men-cuek-in pusat ya. hihihi :) artinya tidak terlalu memperhatikan pusat tapi fokus pd kesadaran yg berkekalan hanya Allah saja semata-mata yg ADA, bukan ke nafas. gitu kan kang? :) Jzk Kang Mux
-Arbi-
ooo jadi men-diam-kan pusat ini artinya men-cuek-in pusat ya. hihihi :) artinya tidak terlalu memperhatikan pusat tapi fokus pd kesadaran yg berkekalan hanya Allah saja semata-mata yg ADA, bukan ke nafas. gitu kan kang? :) jzk
-Arbi-
Alhamdulillah, saya sudah mengamalkan step awal yg kang mux emailkan. terasa tenang yg damai dan hening. gimana ya menjelaskan rasanya. tapi sdh mulai paham sedikit lah utk ukuran pemula hihihi.... masuk gerbang ihsan.
koq rasanya ga berasa ya kang? tapi 'saat' itu tidak berlangsung lama. hanya hitungan menit saja. saya masih harus belajar lebih lanjut dan butuh dukungan doa dari kang mux sebagai mentor sekaligus sahabat ruhani saya ^_^
-arbi-
Kang mux, saat kita mengucapkan dua kalimat syahadat itukan ada dualisme. zat dan sifat. apakah kita cukup dg lailahaillallah saja? atau gmn? mohon petunjuk.
-Arbi-
saya sudah membaca artikel link dari Kang Mux ttg ilmu pengetahuan. tanggapan saya kira2 begini ^_^
Pertama-tama saya ingin mengkritisi definisi kata "Tuhan" menurut penulis atau ilmuwan penemu itu pasti berbeda dengan definisi "Tuhan" menurut Islam. Umumnya mereka mendefinisikan Tuhan sebagai multiple-god alias trinitas atau lebih banyak lagi (di argentina Maradona jadi Tuhan di sebuah gereja hihihi :) sementara dalam islam kita mengenal Tuhan yang Tunggal yang meliputi zat, sifat, asma, dan afal-Nya. Ini saja titik tolaknya sudah berbeda, tidak "manggo to manggo".
dalam tulisan itu terkesan mereka (para ilmuwan/kafirun) membatasi Qudrat dan Iradat Tuhan. maklumlah umumnya mereka kan ber-Tuhankan kepada manusia (trinitas) atau bahkan banyak diantara ilmuwan itu dari awalnya memang sudah Atheis (ga percaya Tuhan). Inilah yang terjadi kalau kita mengedepankan Akal/Pikiran ketimbang Hati.
Lucunya, mereka tahu bahwa "Mengubah salah satu konstanta sedikit saja, maka alam semesta tidak akan dipahami." ini kan artinya ga ada yg "kebetulan" di alam raya. Ada hitungannya dan ada yg Maha membuat perhitungan. kalaupun mereka berkata bahwa alam raya ber-evolusi dari waktu ke waktu, itupun menunjukkan bahwa alam raya memiliki sistem otomatis yg namanya "evolusi" yg berubah menuju suatu kesempurnaan dari waktu ke waktu. Nah pencipta SISTEM ini siapa? hihihi :D
-Arbi-
Sip! Betul bangadh, Mas Arbi.. :8: hehehe
Alhamdulillaah..Mas Arbi :8:
Meskipun ga berasa, tapi terasa 'kan, Mas?! :D Hehehe.. selamat, Mas Arbi..insyaAllah pemahaman dan praktik awal yang Mas jalani itu sebagai dasar pemerolehan ilmu laduni: ilmu para nabi, ilmu para wali, yang juga hak setiap umat Muhammad sepanjang masa. "wa 'allamnahu milladunna 'ilman." InsyaAllah, aamiiin!
Ilmu laduni ini tidak bisa didapat dari usaha amal saleh sekeras apapun. Semata-mata karunia Allah atas insan-insan yang dikehendaki-Nya. Meski demikian, ilmu dan amal yang menjadi fondasi syaratnya tetap ada. InsyaAllah salah satunya yang sudah kita bahas dan praktikkan bersama sebab ini pun petunjuk dari Rasulullah Saw. yang kami sebut sebagai "Pusaka Madinah" :)
Dapat satu menit "diam" itu udah luar biasa, Mas Arbi.. sungguh. Sebab memang praktiknya tidak semudah pemahaman ilmunya ya?!
InsyaAllah kita saling doakan ya.. sebab saya pun masih dalam perjalanan, nih. hehehe.
Alhadulillah saya dapat kehormatan jadi sahabat ruhaninya Mas Arbi. Tapi tolong.. jangan panggil saya mentor.. asli saya belum layak untuk itu.. :9: *otidaaaa..! :D satu-satunya yang berhak dipanggil mentor di sini adalah Allah melalui H. Undang Siradj, ya?! hehhehe
Wadaaww! jangan mengubah: mengurangi dan atau menambah apa yang sudah ditetapkan sebagai sunnah oleh Rasulullah saw., Mas..ahahah..
Kalau diperhatikan lebih lanjut, bahkan kalimah "laa ilaaha illa Allah" juga kan berupa nafi-isbat, ya Mas?! :D
Karena kita ketahui bahwa zat dan sifat itu esa satu sama lain, juga kita ketahui bahwa keduanya itu esa dengan Tuhannya (Rabbul izzati), maka dalam praktik, istiqamah saja kekal ke Allah ya, Mas. :)
Mohon kita jaga terus bahwa praktik tauhid ini (contohnya "diam" yang sudah Mas coba itu), semata-mata teknik untuk "menyetel" kondisi hati di dalam ibadah dan di luar ibadah. (kalau dalam salat, inilah rukun qalbi-nya. InsyaAllah).
Jadi, praktik "diam" ini jangan dijadikan sebagai pengganti wirid-wirid atau malah membuat kita jadi gak mau berzikir dengan wirid-wirid yang sudah disunnahkan Rasulullah Saw. ya.. :D
Anjurannya, gunakan setelah hati "diam" ini ketika melakukan wirid-wirid, tadarus, ataupun ibadah lainnya dan sedapat mungkin praktikkan di keseharian dalam berbagai keadaan: berdiri, duduk, berbaring, bahkan dalam keadaan tidur <-- kapan-kapan kita bahas soal tidur ini ya, Mas. InsyaAllah. :21:
wkakakak! Ajeb! :8: bener juga ya Mas.. rasa-rasanya otak yang udah biasa pake metode ilmiah seperti otak mereka itu, mustahil kalau gak sampai pada pertanyaan Nah pencipta SISTEM ini siapa? :8: analisisnya, Mas!
Oya, Mas Arbi.. berlatih "diam" itu memang jangan lama-lama. Secukupnya aja, Mas. Sebab banyak setan mengintai di sekeliling kita. Kalau lama-lama, dikhawatirkan nanti si setan memberi pandangan ini-itu ke kita lalu kita mengikut. Bahayanya lagi, kalau sampai "barang" itu masuk ke jasad kita. Bisa jadi bala! :2: Hati-hati ya, Mas.
Jangan takut praktik ini bukan dari Rasulullah, Mas.
Sebenarnya, agama2 dan keyakinan2 di luar Islam berupaya ke arah sini. Tapi karena mereka mengingkari Allah Swt., menolak Quran, dan menampik Nabi Muhammad Rasulullah Saw., mereka Allah berikan istidraj atau pembiaran. Pembiaran mereka dibimbing iblis dan setan melalui praktik-praktik seperti astral projection, semedi, tapa-brata, meditasi, dll. <-- pokoke no way lah!! :p
So, keep on the track, ya Mas! :25:
hehehe.. :p jadi pengen ge-er nih. hihihi... harusnya mereka memang sudah tahu akan keber-ADA-an SISTEM, PERHITUNGAN, dan GAK ADA YG KEBETULAN di kolong langit ini. dan saya yakin mereka justru ke-TAKUT-an saat mereka mengetahui bahwa ternyata memang ada DALANG yg AGUNG di balik ini semua (bukan manusia trinitas) yg membuat semua ini terjadi dengan sifat-Nya. Nah, bukannya ber-SYAHADAT (naik saksi) ehhhh malah bunuh diri kyk Mas Albert Einstein.... gosipnya sih gitchu (dari sumber yg tidak bisa dipercaya lho...) hahaha :D
Peace Kang Mux...mentorku sahabatku
-Arbi-
"berlatih "diam" itu memang jangan lama-lama. Secukupnya aja, Mas."
nah secukupnya ini patokannya apa Kang Mux? saya ingat kata ibu saya kalau masak sup itu garamnya secukupnya. Lah secukupnya versi nyokap dengan ane kan beda Kang Mux. hehehe :p
ooo. ternyata saat berlatih "diam" pun syaithon tetap masih mengintai dan bahkan "masuk" jasad ya Kang? tapi kan kita dlm keadaan sadar bahwa siapa yg ADA semata-mata kang? apakah mereka masih bisa/mampu mendekat dalam ke-ADA-an kita yg seperti itu? ayah saya pernah bilang, malaikat aja mau mendekat harus minta IZIN dulu apalagi makhluk 'begituan'. Mohon koreksi Kang Mux mentorku sahabatku...
-Arbi-
-Arbi-
ahahah.. silakan ge-er Mas, mumpung belum ada fatwa haram untuk ge-er.. :g:
hadawh.. :2: ternyata syok akibat pengingkaran terhadap kepastian ADA-nya Tuhan inilah yang membuat orang-orang pinter tapi keblinger kayak Einstein itu nekat bunuh diri ya.. hiiy.. nauzubillahi min zalik ah.. :-O
wkwkwkkw @ dari gosip yang tidak bisa dipercaya!
haduh.. keukeuh panggil mentor nih.. *jadi berasa seperti Ezio Auditore di Assassin's Creed nih.. :4:
aha! ketauan suka bantuin ibunya bikin sup tuh..!! :3: :8:
insyaAllah memang syaithon itu tidak mungkin bisa dan berani mendekat kalau kita dalam ke-ADA-an seperti itu, Mas. Benar panduan ayahanda Mas itu. :8:
Yang dikhawatirkan di sini adalah adakalanya kita lengah di tengah-tengah tafakur itu. Nah, pada momen longgar itu, mereka akan gunakan jurus kesempatan dalam kesempitan. Memang tidak akan bisa langsung masuk semudah itu, tapi minimal mereka memandangkan ini-itu atau membisikkan ini-itu.
Bahkan, adakalanya kita saat berlatih "diam" itu jatuh tertidur dengan sebab-sebab tertentu, misalnya badan keletihan, atau memang sudah jamnya tidur, hehehe.. :D Nah, bukan tidak mungkin lalu dia mewujud dalam mimpi kita lalu acting macam-macam sebagai wali anu, shaikh itu, dll.
Nah, usahakan saja selama berlatih "diam" itu kita jangan mau terpengaruh dengan segala yang terpandang-pandang, segala yang terdengar-dengar, segala yang terbayang-bayang-terpikir-pikir, dsb. ya, Mas.
Patokan secukupnya itu sebenarnya bisa datang dari dalam, Mas. :25:
Atau, paling tidak segera hentikan kalau di terbetik di pikiran atau perasaan kita rasa penasaran dan ingin terus melanjutkan. Hati-hati sebab rasa penasaran dan setiap ingin itu nafsu.
Kalau dalam kalimatnya Syaikh Ibnu Athaillah al-Iskandari:
"Keinginan untuk cepat sampai di tujuan perolehan makrifat itu adalah nafsu yang samar."
InsyaAllah Mas Arbi paham dengan uraian di atas ya. Lebih-kurangnya mohon dimaafkan, Saudaraku.. :25:
bukan bantuin 'bikin' sup, tapi bantuin 'makan' sup Kang Mux. wkwkwkwk... :-p
-Arbi-
Alhamdulillah penjelasan kang mux, jelas banget :) jadi lebih baik latihan "diam" sejenak tetapi berkualitas (dilewati dg penuh kesadaran) ya kang, ketimbang kuantitas (lama waktu-nya) tetapi banyak lengahnya. hehehe... jempols
Kadang kesadaran kita kyk sinyal hp ya kang. kadang timbul kadang tenggelam, kadang kuat kadang no signal. hihihihi...
-Arbi-
wkwkwkkw..kalo gitu ane juga ah, mau ikut bantuin... *ngacay :g:
akurrr, Mas Arbi :8:
sebab “Allah menyukai amal yang berkelanjutan sekalipun sedikit.” (H.R. Bukhari)
Yang penting istiqomah alias konsisten aja menjalani proses, masalah hasil biarkan Allah Yang Mahabijak yang menentukan. Pasti Allah tidak akan menyia-siakan amal ibadah walaupun sedikit.
Betul itu, Mas.. ahahaha.. tapi insyaAllah nanti juga "tune" sendiri dan berkekalan. Sesuai dengan semboyan 'alah bisa karena biasa'. Mungkin ini juga hikmah di balik penentuan salat 5x sehari semalam ya?! Allahua'lam. :)
Setuju Kang.. emang enaknya gini kalau belajar apapun, termasuk urusan tauhid. ada temen yg kompak dan saling dukung (doa, semangat, motivasi). jadi saat sedang galau atau ababil ada sahabat ruhani yg senantiasa mengingatkan, menguatkan, menyemangati kita untuk tetap ISTIQOMAH di jalan tauhid ini. itu juga mgkn hikmahnya ber-JAMAAH dalam kasih sayang ALLAH.
JAMAAAAAAAHH.... hehehe ^_^
-Arbi-
dulu saya pernah bertanya kepada sahabat di kantor seorang aktifis PKS (kalo saya malah pasifis hehehe ;). saya bertanya: istiqomah itu koq berat ya bang. trus beliau menjawab : itulah... rasul saja ber-uban gara2 turun ayat perintah fastaqimu yang artinya beristiqomahlah (bukan sitiqomah ya). saking susah dan beratnya ISTIQOMAH ini yg katanya lebih utama dari ribuan karomah.
skrg rambut saya juga banyak ubannya lho, saya rasa mgkn karena istiqomah juga. tapi gajelas ISTIQOMAH ngapain. makan ... tidur... hahaha peace kang mux :D
-Arbi-
Akurrrr, Mas Arbi..! :8:
hehehe.. jadi inget Mamah Dedeh.. JAMAAAAAAAHHHH!!! :19: :3:
Wow.. bener banget tuh, Bang.. istiqomah itu lebih utama daripada karomah, sebab karomah gakan diperoleh tanpa istiqomah. Dan memang gak gampang beristiqomah itu.. buktinya.. saya lupa masih sempet manggil "Mas" padahal di email udah beneran niat manggil "Bang". :17: :5:
Wkwkwkwkw.. makan tidur mah istiqomah yang otomatissss yah..! :g:
hehehe... kan artinya Mas dan Bang itu kan sama juga Kang Mux. kalo aku sih lebih seneng Kang Mux panggil nama aja lah (-Arbi-) kan Kang Mux lebih senior dari segi umur dan juga dari segi keilmuan sungkem
Kang Mux ada menulis bahwa kita "hidup dalam air" waktu dlm kandungan. ini maksud kajinya gmn ya kang? trus sekarang kita "hidup dalam udara" gitu yak? hihihihi :p
-Arbi-
Beda dong, Bang.. "Mas" itu biasa dipakai di pulau Jawa, "Bang" itu umum dipakai di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, setau ane sih.. :D
Dari sisi tauhid hakiki, kita sebaiknya lahir "dua kali". Pertama keluar dari rahim ibu, kedua keluar dari "rahim" zat-sifat menuju zat-mutlak, Bang. :25:
Kang Mux, Zat mutlak itu kan kosong sebersih2nya ya?... alam maha suci, koq masih ada keberadaan wujud nabi dan para wali di sana ya? berarti belum Mahasuci dong? :)
..atau..para nabi dan wali itu juga sudah mahasuci? ;)
hehehe :) kesimpulan yang indah. singkat, padat, berisi, montok bangadh dah.... :D
-Arbi-
wkwkwkwk pake "montok" segalaaa! :g:
pake laptop nuu ieu mah ka baca kabeh hehe! nu kamari mah notog wae tulisanana...!
emang anu soal Roh Qudus, jujur wae sampe aya anu nginbox, terus ayn kenging oge saya penjelasanana nu lumayan dara gamblang..
1. memang sih di Islam Terbukti Benar itu Bible juga di bahas, sampai-sampai AdaMux Troy juga di dewakan. ~ ku saya di jawab w, memangnya Roh Qudus hanya ada di Injil saja? cicing
2. Itu di Islam Terbukti Benar kenapa rawan debat ya, dan kenapa AdaMux troy tidak di kick saja? ku saya di jawab, di kick alasanya kenapa? bukan karena dia juga admint, bukan karena dia sahabat admint, namun akidah yang dia sampaikan insya Allah shahih, dan mohon untuk diperhatikan teman debatnya, yang saya cek teman debatnya yang tidak tahu apa2 juga langsung pada nafsu, langsung pada emosi, dan pada mendiskriminasi Pak adam. silahkan cek lagi, mereka pada bangga akan golong2anya seperti salafi si p*mbudi yang manis ketikanya tapi suudzanan ke si pindy bla bla bla. "iya saya cek mereka pada emosi tidak jelas"
3. namun mungkin mereka pada emosi karena bahasa pak adam yang galak dik? heu soal galak karena mereka cari gara2 saja, dan ingat aja dengan kalam "Ambil baiknya dan buang yang buruknya" heu. terus di bere contoh ustadz ceramah matius heu. terusna mah jempe.
jujur seeur anu sok nginbox soal aqhlak, ngan saya heran naha nu di tanyakeun lain permasalahanana lain malah soal akhlaqna :14:
#rek kaharti rek nteu ieu komentar, nu penting mah ngoment lah wkwkwk
Assalamu Alaikum...
Salam Kenal Bro Mux.,
sy dari sulawesi
saya sdh mengamalkan zikir khofi = shalat Daim sekitar 4 bulanan..
berbagai keajaiban ,ketenangan , serta nyaman(Nikmat) bulu bulu di seluruh tubuh berdiri dan getaran nikmat menjalar di tubuh..
Bro Mux,..mau tanya nih...
sy beberapa hari lalu.,bercermin dan terasa nyata dan anehnya saya takut sekali lihat mata sy di cermin..
zikir ini tdk ada pengaruhnya sama keluar masuknya nafas...asal kita mengingat langsung jadi(ADA)
mohon saran nya apa yg perlu di tambah...
Wassalam
Alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh, Bang Syamsul Alam..
Salam kenal balik, Bang. Sebentar, sebelum saya bisa menjawab tanyaan Abang, bolehkan saya tanya dulu ini:
Setiap masuk waktu salat atau terdengar azan, apa yang terbit di pikiran atau perasaan Abang?
Oya, ada pesan dari Wali Bilawa untuk anak-cucu beliau di [sini]
Perasaan saya waktu terdengar azan dan waktu shalat...
sy merasa sangat senang sekali...dan kalau lagi shalat merasa nikmat...
tambahan...
sy sudah lama sering lakukan zikir...ada banyak tahapan,yg ada dlm ajaran tarekat khalwatiyah...
zikir ini(Laa Ilaha Illallah) lebih kepada zikir jahar (yg disuarakan)...
tp seiring berjalan nya waktu sy makin sering amalkan zikir (ALLAH)...
dan semakin lama sy zikir malah allah mengilhamkan zikir yg tanpa sy baca...tidak ada BACAAN.,
dalam hal ini, sy agak lama untuk meyakini apakah zikir ini baik atau tidak...
sy bertanya kepada orang2 yg lebih tua, tp zikir ini gak ada yg bisa menerangkan nya...
dulu nya waktu pertama kali tahu zikir khafi ini, sy jadi malas lakukan shalat...
itu di karena kan dalam pikiran sy zikir ini lebih baik, mengingatnya(ALLAH) lebih banyak daripada shalat 5 waktu..
dan peringatan datang...ayah sy meninggal sekitar 4bulan yg lalu..,
sy jd merasa sadar,bahwa tidak ada yg menbuat kita selamat selain harus dekat dengan allah...
kekayaan,keluarga,sahabat,semua nya tidak ada yg membantu jika sakaratul maut datang...
mulai dari situ,tepat nya 4 oktober 2012...sy mulai lakukan lagi zikir tanpa bacaan ini..
mulai bangun tidur,jalan,duduk,shalat..zikir ini sudah teringat sampai menjelang tidur...
kalau di presentase kan kira2 Lalainya 20% selain daripada waktu tidur...
itupun perasaan menyesal sekali jika lalai walau sedetik pun...subhanallah,Astagfirullah...
baru seminggu ini sy cari info mengenai zikir ini di google...eh ternyata ketemu blog saudara MUX..,
keyakinan mulai bertambah dengan ada nya penjelasan mengenai DIAM...
Dalam Hal ini ijin kan sy berguru kepada saudara Mux,khusus nya syaikh Siradj...
mohon ijin mengamalkan dan menyebarkan ajaran2 nya...
baru dua hari ini sy amalkan" Muhammad Tubuhku , Nur Nyawaku"
pada saat itu juga wajah sang guru syaikh siradj hadir...mohon sampaikan Salam ku kepada Beliau...
Wassalam
Subhanallah wal hamdulillah.. kaget sekaligus senang saya uraian itu. Ini membuktikan bahwa karunia Allah atas orang-orang yang dikehendak-Nya itu ada.
Alhamdulillah juga ternyata Bang Syamsul tidak serta merta melakukan shalat daim itu dengan meninggalkan shalat zahir. Awalnya saya kira Abang melakukan salat daim itu tanpa digandeng dengan salat zahir, tapi alhamdulillah itu tidak terbukti ya. :8:
Soalnya kebanyakan orang di luar sana salah dalam menempatkan salat daim ini. Adapun salat daim ini bertingkat-tingkat kadarnya. InsyaAllah ke depannya akan kami sampaikan juga tentang jenis-jenis salat daim.
Adapun dalil yang memperkuat zikir khafi yang Abang sebutkan di atas adalah "man arafakallahu kalla lisanuhu" dan setiap hadis yang menyatakan keutmaan diam, Bang. :) Jangan takut, apa-apa yang dari Allah pasti ada penjelasannya dalam Quran dan hadis, Bang.
Bagian terakhir komentar Abang itu yang membuat saya pun kaget tak menyangka akan sedmikian. Oya, tentu Abang tidak bisa berguru pada saya sebab saya pun masih belajar, hehehe. Tapi pesan Abang sudah saya sampaikan ketika beliau telepon saya barusan. Semoga bermanfaat bagi dunia-akhirat kita semua, umat Muhammad Saw. yang setia. Aamiiin. :)
Posting Komentar