By
Published: 2011-11-14T14:44:00+07:00
Tentang Dia Yang Awal dan Yang Akhir
panduan tauhid kita
Sudah terbit buku untuk memudahkan Ikhwan/Akhwat memahami kajian tauhid hakiki yang termuat di situs ini secara lebih tersusun dari anak tangga pemahaman Islam yang paling dasar. Ikhwan yang berminat memiliki buku ini dapat menghubungi penerbitnya langsung di www.midaslearning.co.id
Pusaka Madinah adalah sebutan untuk ilmu, amal, dan muanayah tauhid hakiki yang menjelaskan sinergi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat dari kalangan khawwasul khawwas yang disampaikan oleh Mursyid, K.H. Undang bin K.H. Sirad bin K.H. Yahya dengan sanad aly sebagai berikut: (1) Nabi Muhammad Rasulullah Saw., (2) Nabi Khidir a.s., (3) Abdul Aziz ad-Dabarq, (4) Abdul Wahab at-Tazi, (5) Ahmad bin Idris, (6) Muhammad Sanusi, (7) Muhammad Mahdi, dan (8) Muhammad Idris.
I ni semacam pemerkenalan singkat tentang mengapa pengajian tauhid hakiki yang disampaikan Alm. K.H. Undang Sirad di Majlis Talim Al-Wahidi...
10 komentar:
هو الأول بلا إبتداء و الاخر بلا إنتهاء "Dialah Yang Awal tanpa permulaan dan Yang Akhir tanpa penghentian/akhiran" Postulat ini sering diucapkan Habib Luthfi bin Yahya (pekalongan) dalam setiap pembukaan ceramah beliau.
http://www.habiblutfiyahya.net
Kalau saya menafsirkan kalimat Tuan Guru Syaikh Sirad sbg berikut:
Allah, Dia Awal Dia Akhir --> Allah sebagai Hamba
Allah tidak ber-awal dan tidak ber-akhir ---> Allah sebagai Tuhan
Tuhan dan Hamba pun bisa dikatakan Awal dan Akhir :)
Allah berbuat dengan Dirinya Sendiri untuk Dirinya Sendiri dan Allah pasti sesuai perbuatan-Nya dengan perkataan-Nya. Kalau Allah berkata Sholatlah maka pastinya Allah jua 'wajib' sholat dong. Kan teorinya ucapannya = perbuatannya. Sodaqollahul Azhim (Maha benar Allah dengan segala perkataannya) Nah kalau ada orang ga sholat/bersyariat mengaku-Aku Dia apa ga meleset tuh?
Ibarat kata lagu lama : Kalau bukan bundar BUKAN topi saya ;) hihihi
Mohon koreksi dari mentorku...sahabatku Kang Mux...peace..sungkem
-Arbi-
Ajauww.. wahahah, hati-hati mengambil paham, Bang Arbi.. :D
Justru kalau disimpulkan seperti di atas, bahwa Allah (pernah) sebagai Hamba. Dikhawatirkan ini jatuhnya ke "membaharukan" Tuhan. Juga justru agak berbeda dengan tujuan penyampaian Syaikh Siradj :"Karena supaya tetaplah Yang Disembah dengan yang menyembah."
Tapi insyaAllah, ane paham maksud Bang Arbi. Mungkin maksudnya seperti ini ya?!
Tiada Tuhan; tiada hamba, tapi Tuhan tetap Tuhan, hamba tetap hamba. eit eit.. pelan-pelan bacanya, hati-hati mengambil paham, jangan salah paham.. eheheh.. peace Bang Bro! :D
Sungkem
:)
-Arbi-
tuhan tetap tuhan ,hamba tetap hamba dan tetap siapa yang nyembah dan siapa yang disembah. mas mux maksud dari pemahamannya adlh genee..... yang nyembah itu "hakikatnya" juga yang disembah atau yg disembah itu "hakikatnya" yg nyembah mohon kalau gak betul cepetan dikoreksi trima kasih mas mux....
umat jadi bingung.......tolong di jelaskan dengan bahasa yang mudah di mengerti...tkutnya kita yang awam salah tapsir.......
Bingungnya sebelah mana, Mas? Kalau bingung Mas gak disampaikan, umat akan lebih bingung lagi.:D
Yang benar itu Tuhan-hamba itu Esa, tapi Tuhan tetap Tuhan; hamba tetap hamba. Yang namanya makhluk, tidak akan pernah jadi Tuhan atau sama dengan Tuhan. Dalilnya laysa kamitslihi syai'un di surah As-Syura:11.
insan gaib kepada Muhammad, Muhammad gaib kepada Tuhan, Tuhan gaib kepada IlmuNya, Ilmunya Gaib kepada Dzat semata-mata jadi tiada tuhan melainkan Allah semata dan tiada lagi jasad dan tiada lagi namanya nyawa dikandung badan karena hati, nyawa, rosi sudah menjadi tubuh. QS 41.54
manakah yang dikatakan Tuhan dan manakah yang dikatakan hamba, sedang Allah, Dia Yang Awal dan Dia Yang Akhir,
lalu dimanakah letak Tuhan-hamba jika diri Allah sendiri yang meliputi segala sesuatu,
lalu siapakah yang disembah dan siapa yang menyembah jika diri Allah sendiri yang meliputi segala sesuatu
Posting Komentar