Foto bertajuk "Mesem" yang setia menghiasi Semesem.com (Dari dulu penasaran dan belum sempat tanya ke Eyang,"Siapakah gadis cantik itu?" :D ) |
selengkapnya...
Mendamba-Mu
hantui langkah-langkah menuju ketakpastian yang menggoda
Adalah Kamu tiada dalam nyataku
Pontianak, 26 Maret 2008
Sekalipun bercerita soal cinta dan kerinduan (“Dari Matahaci untuk Makoto”) disana tidak ada kecengengan! Begitu diadaptasi menjadi puisi religius, maka semakin besar kedalaman maknanya, sehingga orang semakin sulit untuk mengurai maknanya. Perlu perenungan, pemahaman dan waktu. Begitu seorang pembaca yang berusaha mengungkap makna yang terkandung dalam puisi Adam, dengan perjalanan waktu kemudian bisa menyingkap makna yang terkandung didalamnya, itu menimbulkan kepuasan batin bagi pembacanya! Sekalipun belum tentu makna yang diungkap pembaca sama dengan makna sesuai maksud penulisnya. Inilah kelebihan puisi-puisi karya Adam.
Seperti halnya orang awam yang tidak memiliki rasa seni rupa yang melihat lukisan pelukis terkenal gaya abstrak ia komentar: “Lukisan macam ini harganya kok mahal benar. Letak keindahannya di mana?” Oleh karena itulah tidak berlebihan kiranya apabila puisi karya Adam Troy ini perlu dibaca orang dalam hubungannya untuk “mendewasakan” pembaca………
Puisi Mendamba-Mu ini memang masih banyak menggunakan kalimat-kalimat puisi bentuk semula. Namun dengan perubahan penyusunan tulisan dan beberapa kata yang digunakan membuat puisi Mendamba-Mu berubah menjadi puisi yang semakin dalam maknanya dan sekaligus makin tidak mudah mengurainya.
1). Baris-1, 2 bait-1:
Aku mendamba-Mu dalam pencarian
Baris pertama ada perubahan mencintaimu menjadi mendamba-Mu dan penantian menjadi pencarian. Kosakata rindu berarti ingin sekali bertemu (dekat). Mendambakan berarti sangat merindukan. Mengapa mencintaimu diganti mendamba-Mu? Ini adalah pemahaman mendasarkan ilmu tauhid, banyak orang mengatakan bahwa Tuhan sebenarnya tidak membutuhkan dicintai manusia. Tuhan memberikan keinginan bebas (free will) kepada manusia. Tuhan membiarkan manusia akan mencintai atau memusuhi-Nya. Tuhan tidak akan berkurang keagungan, kemulyaan dan kasih sayang-Nya karena manusia tidak mencintai-Nya. Manusiaalah yang justru butuh dicintai, dikasihi dan dikasihani Tuhan. Maka orang yang beriman memandang Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang.
Berbeda seorang ayah/ibu memang butuh dicintai dan mencintai anaknya. Karena cinta bermakna memberi kepada yang dicintai yaitu memberi kebahagiaan. Tetapi Tuhan tidak butuh itu semua. Maka tepatlah penggunaan mendamba-Mu dibanding mencintai-Mu. Mendambakan berarti sangat ingin sekali bertemu, ingin berdekatan. Seorang hamba yang berdekatan dengan Tuhannya akan merasakan kehangatan, kebahagiaan dan ketenangan dalam hidupnya. Dekat dengan Tuhannya itulah yang didambakan Adam Troy. Maka konsistenlah perubahan baris-1 penantian menjadi pencarian. Karena manusialah yang butuh. Tidak hanya menanti yang konotasinya diam, pasif. Tetapi untuk mendapatkan yang diingini dekat dengan Tuhan, manusialah harus mencari. Berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Maka sangat mengena firman Tuhan yang berbunyi: Tuhan tidak akan merubah nasib kaum-Nya apabila ia sendiri tidak berusaha merubah nasibnya.
Dengan jitu sekali Adam menulis baris-2 dengan: “yang tak melelahkan selain rindu”. Adam ingin mengatakan bahwa usaha pencarian Tuhan, mencari kedekatan dengan Tuhan Sang Pencipta segala mahluk itu tidak membuat orang lelah atau kehabisan tenaga. Orang tidak perlu segan/malas karena kita tidak akan menderita lelah, kecuali rasa rindu. Rindu yang ingin sekali bertemu. Rindu yang kita alami kepada Tuhan saja sudah menumbuhkan rasa bahagia dan tenang, apalagi kalau kita bertemu/dekat dengan-Nya!! Sedangkan kerinduan kepada seseorang yang dicintai sering menumbuhkan rasa sepi, kosong nelangsa, perasaan gundah dan kegelisahan hidup.
Dua baris pertama bait-1 inilah essensi tauhid yang ingin diungkapkan Adam Troy. Seseorang yang ingin memperdalam ilmu tauhid kemudian diamalkan untuk sesama dengan gaya seorang sasterawan!
Adam pernah menulis hendaknya kita jangan “buta tauhid”. Karena orang yang buta tauhid langkah-langkahnya hanya menuju ketakpastian. Ketidak pastian semacam inilah yang sering menghantui langkah-langkah seseorang untuk menggapai kebahagiaan yang hakiki. Dengan baris-3 dan 4 Adam ingin mencanangkan bahwa agar dalam hidup kita tidak dihantui langkah-langkah yang membawa kita kepada tidak pastian, orang harus “melek tauhid”. Mempelajari ilmu tauhid. Dalama allurement pertama inilah dengan singkat Adam menggaris bawahi apa dan untuk apa ilmu tauhid. Dan seharusnya bagaimana seseorang untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akherat.
Dalam konsep ke-Tuhan-an Kristen ada firman yang berbunyi: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan akal budimu dan kasihilah sesamamu seperti diri sendiri.” Di sini ada istilah Kasihilah Tuhan Allahmu…… Padahal di depan tadi disebutkan Tuhan tidak butuh dicintai manusia. Pernyataan yang bertentangan? Sama sekali tidak! Kasih dan cinta mrmiliki arti yang sama tetapi makna yang berbeda. Arti mengasihi Tuhan Allah dalam ayat-ayat Injil disebutkan/dimaksudkan sebagai: mengikuti semua perintah Allah. Semua orang beriman tentu memahami bahwa firman Tuhan yang diajarkan lewat nabi-nabi-Nya intinya sama yaitu melakukan semua printah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya!
2). Bait-2 baris-1: aku mengharap-Mu dalam kenihilan yang pasti adaptasi dari aku mendambamu dalam kenihilan yang pasti. Sebenarnya Adam lebih tepat untuk tetap menggunakan kata mendambamu menjadi mendamba-Mu dengan pengertian sama dengan makna mendamba-Mu baris-1 bait-1. Justru ini memberi pengulangan untuk lebih menegaskan dimana istilah mendamba-mu untuk judul puisi karya Adam ini
Mungkin Adam merubah menjadi mengharap-Mu karena ia menghindari gaya repetisi atau mungkin ia menggunakan mengharap-Mu untuk makna tertentu yang lebih dalam? Itu adalah hak penyair!
Maka baris-1 allurement kedua ini tetap terjaga konsistensinya apabila berbunyi: aku mendamba-Mu dalam pengharapan yang pasti. Dibanding: aku mengharap-Mu dalam kenihilan yang pasti.
Sekalipun hanya dua baris tetapi tidak mengurangi kedalaman makna puisi dengan nuansa religi ini. Sekalipun baris ke-1 ada kata pengharapan, penggunaan kata berharap pada baris ke-2 bukanlah repetisi! Justru baris ke-1 dan 2 saling memperkuat.
3) Bait-3 terdiri dari dua baris yang maknanya kontradiktif. Tetapi ini sangat bagus maknanya. Orang mengartikan sifat keagungan Tuhan, sekalipun Ia tidak ada dalam kenyataanku tetapi Tuhan tetap ada dan selalu ada. Dan baris ke2 sebagai pengakuan penyair karena dirinya terlalu hidup dalam khayalnya. Dengan bait-3 ini Adam tetap mengagungkan Tuhan. Dan hal-hal yang tidak berjalan seharusnya karena kelemahan manusia, keterbatasan manusia yang rawan terjeblos godaan iblis., penyair mengekspressikan dengan: atau aku terlalu hidup dalam khayalku. Sangat menyentuh!
Perlu dikaji bait-3 ini ialah kata pertama dalam allurement , huruf pertama ditulis huruf besar. (A)dalah Kamu dst…. Kalau dimaksudkan penulisan macam itu dimaksudkan penyair sebagai makna yang terselubung, itu syah-syah saja. Dengan demikian penyair memberikan PR kepada pembaca menduga-duga apa maknanya? Tetapi bila penulisan semacam itu tidak dimaksudkan untuk mengandung makna dan pesan tertentu, lebih baik tetap pakai huruf kecil: (a)dalah, sehingga cara penulisan puisi ini seragam atau konsisten setiap baitnya . Demikian juga bait-3 ini bisa digabung dengan bait-2 yang keduanya mengandung pemaknaan yang kompak.
4) Bait-4 allurement terakhir sama halnya bait-3 tentang cara penulisan huruf pertama kata pertama kebetulan sama (A)dalah aku dst…. apabila memang penyair ingin menunjukkan bahwa ada makna yang tersembunyi dalam kata adalah tadi, maka untuk lebih menegaskan keinginan penyair, memang sangat taktis dan strategis bila menggabungkan bait-3 dengan bait-2 dan kata adalah sekalipun bukan awal baris tetap ditulis huruf besar (A)dalah dst……. Jadi lebih menarik perhatian ! Langkah ini mengarahkan/ mengisyaratkan pembaca untuk mengurai maknanya dengan penulisan seperti itu (Bukan awal allurement ditulis dengan huruf besar) Jadi bukan kebetulan, ketidak-sengajaan atau kesalahan redaksional.Cara semacam ini sering dilakukan penyair genius!
Membaca bait-4 allurement terakhir ini pembaca mendapat kesan penyair menjadikan allurement ini sebagai klimaks sekaligus ending. Kebetulan kandungan kalimat-kalimat ada unsur dramatis dan melankolis. Kebetulan juga untuk saya bait-4 ini batten sulit menyingkap maknanya. Tetapi merasa balm makna yang sangat dalam.!
Baris – 1: Adalah aku tangisi jazad hidup-hidup
Apabila ada tanda baca “?” diakhir kalimat maka semakin kentara bahwa penyair mempersoalkan : jika sudah terlanjur dilakukan tindakan yang tidak benar tadi apakah tidak layak memperoleh kebenaran? Jadi pemberian tanda baca “?” lebih memberi dinamika. Ini mengarah juga pada pernyataan gugatan. Dan yang menjawab adalah para pembacanya sendiri dengan segala macam sikap pola pikir dan alasan pribadi. Di sini penyair ingin melontarkan pesan moral hendaknya orang harus selalu hati-hati dalam menjalani hidupnya agar supaya di akhir hidupnya orang bisa menuai kondisi hakekat hidup sesuai yang diajarkan Tuhan lewat rasul-rasulnya.
Kesimpulan:
- Puisi Mendamba-Mu ini sebagai puisi religi sangat bagus. Sementara secara umum puisi Adam Troy ini yang batten berbobot diantara puisi-puisi miliknya baik yang kelompok religi maupun non religi. Padat. Bernas. Berisi. Mengandung kedalaman makna sebagai bahan refleksi (renungan batin). Banyak pesan moral di dalamnya lugas maupun tersamar.
- Penyair berhasil mengadaptasi puisinya yang semula puisi cinta menjadi puisi religi dengan pembesutan beberapa bagian, yang memuat pesan moral yang tinggi.
- Salah satu dampak adaptasi puisi semacam ini ialah pengaturan allurement dan baris sering dipengaruhi pola pikir/tema puisi semula yang mengangkat hubungan accumbent menjadi hubungan vertical. Namun dengan sedikit penambahan atau penggantian kata puisi hasil akhirnya tampil mulus.Prosedur penyelesaian puisi ini beberapa tahap, termasuk pergantian nama judul yang berdampak perubahan beberapa kata/kalimat. Artinya hasil akhir puisi ini sudah mengalami pembesutan, perenungan panjang, alteration dan koreksi sehingga hasil akhir puisi ini ditulis sebagai kristalisasi rasa, cipta dan karya penyairnya. Artinya apa bila penyair sudah mantap dengan hasil akhir ini, SUDAH TIDAK PERLU DIRUBAH lagi untuk menyesuaikan kritik dan saran sesuai yang disebutkan ulasan puisi Mendamba-Mu.Sekalipun ulasan kritik dan saran ini dinilai bagus mengena dan masuk akal. Namun apa yang disampaikan ulasan ini digunakan sebagai referensi atau bahan prttimbangan untuk penyair ketika ia menulis puisi berikutnya.
- Penyusunan baris dan allurement dalam penulisan puisi adalah penting. Dengan bahan kalimat puitis yang sama dengan disusun dalam pembagian allurement yang tepat dengan baris-baris dalam allurement yang kompak serta seluruh baris awal sampai dengan akhir mengalir lancar, ini menambah nilai atau bobot puisi bersangkutan. Unsur ini sering kali diabaikan penyair. Mengapa?? Mungkin kurang pemahamannya
Satu saran:
Ulasan puisi Mendamba-Mu ini bila di belakang nama saya ada SS tentu orang pada mengangguk-angguk. Tetapi setelah tahu itu karya Eyangkung, tentu banyak orang mencibir. Eyangkung mengada-ada! Hanya orang-orang yang bersikap seperti Adam Troy, S.S. Yang mampu menilai secara obyektif proporsional.
Saya tergolong orang yang tidak senang berbasa-basi. Oleh karena itu bila saya mengatakan ini bagus. Saya mengagumi. Ini adalah sebenarnya menurut penilaian saya. Sebaliknya untuk pesan perbaikan saya akan mengatakan: “Ini lebih bagus bila ditambah ini, itu……..”
Mas Adam,
By
Published: 2011-03-16T21:12:00+07:00
Ulasan Puisi "Mendamba-Mu" oleh Eyangkung | Semesem.com
0 komentar:
Posting Komentar